Analisis Puisi Nisan Karya Chairil Anwar

Puisi karya chairil anwar
NISAN
Bukan kematian benar menusuk kalbu
Keridlaanmu menerima segala tiba
Tak ku tahu setinggi itu atas debu
Dan duka maha tuan bertahta

Analisis Puisi Struktural (luar)
1.       Diksi ( pemilihan kata)
Sajak nisan adalah sajak pertama yang ditulis aku lirik saat berumur 20 tahun, ketika itu dia menghadapi kondisi haru  yang harus diterimanya dengan ikhlas yaitu pada saat kematian neneknya.
Di lihat dari judulnya, aku lirik tampak sangat berduka atas kepergian neneknya. Aku liril menggunakan Kata “NISAN” dalam judulnya. Nisan adalah tonggak pendek yang ditanam di atas kubur sebagai penanda. Penempatan kata nisan sangat identik dengan kematian dan tidak ada arti kata yang lain mengenai kata nisan. Tidak sama dengan kayu, kayu banyak mengandung arti lain selain kematian.
Pada larik pertama :
“Bukan kematian benar menusuk kalbu”  dalam larik nya, aku lirik seakan bukan kematian lah penyebab kesedihan nya. Kematian bukanlah objek yang utama, yang membuat aku lirik merasakan sedih yang berlebih. Jadi bukan kematian benarlah yang aku lirik merasa menusuk kalbu, lalu apa yang  menyebabkan aku lirik merasakan haru yang sangat pada waktu itu ?
“Keridlaanmu menerima segala tiba” pada larik ini manjawab pertanyaan di atas, aku lirik begitu sangat haru karena melihat neneknya yang sangat ridho dengan penjemputan nyawa neneknya, yang tidak ada upaya untuk mencegah hanya bisa pasrah dengan takdir yang datang.
pada larik ketiga dan keempat :
tak ku tahu setinggi itu atas debu,`              
dan duka maha tuan bertahta”  pada larik ini, aku lirik menyadari saat kematian manusia mendekat , manusia menjadi debu yang tidak bisa apa-apa, apa daya dengan takdir yang sudah di tentukan sang penguasa. Tidak bisa ditoleransi dan tidak bisa di diskusikan.
Pada sajak ini aku lirik memilih kata-kata dengan cermat, dengan penggunaan kata yang singkat tetapi kena dengan apa yang di rasakan aku lirik.
2.       Imaji (citraan)
“Bukan kematian benar menusuk kalbu”  (imaji taktil)
Pencitraan yang ada pada larik pertama tersebut adalah taktil atau sesuatu yang dapat di rasakan. Aku lirik merasakan kesedihan , berduka saat ditinggalkan orang terkasihnya.
“keridlaanmu menerima segala tiba” (imaji visual)
Nampak aku lirik melihat pancaran keridlaan dari yang terkasih untuk menerima segala takdir yang menghampiri.
“tak ku tahu setinggi itu atas debu” (imaji visual)
aku lirik melihat betapa pasrahnya manusia saat kematian itu menjemput, takdir yang di tentukan itu datang. Seperti debu yang dengan mudah di singkirkan.
dan duka maha tuan bertahta” (imaji taktil)
dalam larik ke empat, penyair merasakan kekuasaan sang penguasaan dalam menghilangkan nyawa makhluknya dengan tidak ada toleransi dan diskusi.
3.       Kata kongkrit
Pada puisi nisan , kata kongkrit terdapat pada larik pertama “bukan kematian benar menusuk kalbu” pada kata “kematian” kematian merupakan suatu yang mutlak yang akan dirasakan setiap makhluk hidu, makhluk bernyawa , makhluk ciptaan tuhan. Semuanya akan merasakan kematian ,
4.       Rima (bunyi)
Aku lirik menulis puisi dengan persamaan bunyi yang tersusun sama, menggunakan rima rima yang bersilang (ab-ab).



Semoga Bermanfaat
Salam Bahagia

Komentar

Postingan Populer