CERPEN -1
katapotokita.id
Semenjak Dia Menikah
(ada kalanya persahabatan memberikan sebuah makna kekeluargaan,
Tidak hanya saling begosip dan berkeluh kesah. Sahabat juga memberikan
sebuah perjalanan yang cukup mengesankan)
Oleh : Shilvia_elrahman
Semenjak dia
menikah
Gue manusia dengan segala kekurangan.
Dingin dengan semua orang tetapi tidak dengan sahabat gue.
Orang yang nggak peduli apa yang orang lain lakukan,
tapi tidak dengan sahabat gue.
Orang yang nggak mau tahu apa yang orang lain rencanakan,
tapi tidak dengan sahabat gue.
Caca,
dia biasa dipanggil seperti itu. Manusia yang kurang kepekaan terhadap
sesamanya, manusia
yang bisa menyembunyikan kesedihan dengan senyumannya dan satu hal yang menjadi panutan gue, dia rela melakukan apapun demi
orang tuanya bahagia. Meskipun harus merelakan hatinya.
Dia
juga yang mengubah beberapa kebiasaan buruk gue. Meskipun beberapa masih susah di ubahnya.
Kita
bisa menjalin pershabatan meskipun tidak satu sekolah, tidak satu kampus bahkan
tidak satu daerah. Karena kita selalu menyempatkan meluangkan waktu hanya untuk
sekedar makan dan minum sambil gosipin apa saja. Sekarang jarang banget malah belum pernah lagi semenjak gue lulus kuliah.
Menceritakan
kisah klasik pershabatan gue sama caca tidak
akan cukup dalam sebuah cerpen. Banyak kisah yang menggembirakan ada juga yang
mengharukan. Bahkan menegangkan dengan beberapa drama yang
dijalankan.
Lama
tak berjumpa, setelah dia lulus dan kembali kehabitatnya. Parahnya
gue ditinggalin dan gue berjuang untuk menyelesaikan kuliah satu tahun lagi
akhirnya lulus juga di tahun 2018.
Kembali berjumpa dengan caca pada sidang skripsi gue,
karena pas gue wisuda dia gak datang dengan lugunya.
Sebelumnya dia udah bilang sih, minta maaf gak datang
karena bentrok dengan kegiatan di tempat kerjanya.
Gue biasa aja, ya gak papa lah ngerti. Dia udah kerja,
harus dipahami.
Tapi pas waktu gue wisuda, abis beres acara wisuda, gue
marah-marah gak jelas karena dia gak datang.
Ya itulah anehnya gue.
Setelah itu nggak ada perjumpaan lagi.........
#kabarbahagia
Cerita sebelumnya# dia berbohong dengan hubungannya. Seminggu itu, apapun yang saya tanyakan
jawaban dia bohong. Saat itu gue kesel banget sama dia, benci malahan. Meskipun
akhirnya cerita, dia balik lagi sama tuh cowo karena sebuah alasan. Tetep aja
marah, ngerasa gak ada gunanya jadi temen. Dan kenapa juga harus bohong, nyampe
sekarang kesel gue.
Kalo sahabat gitu ya, marahan ampe udah bilang gam mau lagi temenan. Nyampe
blokir-blokiran. Besok paginnya dibuka lagi blokirannya. Balik lagi biasa aja
kayak yang amnesia.
Kalo sama orang lain, pasti malu ya.
Lah ini gak ada malu-malunya.
Gue sama caca emang sering kayak gitu. Gak tau kenapa. Sampai sekarang
kayak gitu.
Chat via
whatsapp dengan tiba-tiba,
Caca
“ nak, gimana kalo dia serius”
Gue
“ iya gak papa, kan lo maunya gitu”
Caca “ yaudah, iya”
Gue “ lu juga gak bisa apa-apa kan? Kan jalanin aja
katanya, jadi ya terserah lu”
Caca “ gue cerita sama minta sarannya nak,”
Gue “ yaudah jalanin aja, udah terlanjur lu gak dengerin
apa yang gue bilang”
Caca” iya, lu jangan kemana-mana ya. Banyak banget yang
mau gue ceritain”
Gue “ kalo terlanjur kesel, gue pergi”
Caca “temen lu lagi kebingungan lu pergi ?”
Gue “yaudah, nggak”
“Dalam suatu
hubungan, keseriusan adalah hal yang utama. Namun yang lebih utamanya lagi
adalah pembuktian”
Lama
berselang, waktu berganti siang, malam, subuh, siang, malam, subuh.
Chat masuk,
bunyi handphone mengganggu tidur gue,
Caca
“ nak, aku mau dilamar”
Gue
“ asli ? nikah aja sekalian, keburu lunya gak mau”
Caca
“ iya, tapikan baru kenal juga bentaran, yakali langsung nikah”
Gue
“ yaudah sih, kalo emang beneran tu cowo, pasti nikahilah.
Sebelum-sebelumnya
ada gak yang berani ngajak nikah,”
Caca
“gak ada, dateng aja tuh cowok lainmh, abis itu ngilang. tau
sendirikan gimana hubungan gue sama cowok-cowok sebelumnya”
Gue
“ iya tahu, kelewat tahu malahan. Kalo iya bener tuh laki serius ajak nikah aja
sekalian lamar-lamaran biaya doble wkwkwk”
Caca
“iya, nanti dikabari nak”
Jam,
menit, detik berselang dengan rasa yang berbeda menghampiri,
Gue
duduk dengan lamunan yang membuat penglihatan memudar, “sahabat gue sudah
mendapatkan apa yang dicarinya selama ini, namun hati ini mendadak ciut untuk
berkata selamat dan semoga bahagia” dalam hati gue yang selalu bersua.
Kringgg…..kringggg…
handphone yang bernyanyi menyadarkan lamunan gue.
Lah dia lagi yang nelpon,
Caca :“nak,
tanggal 3 januari nikah, udah disepakati”
Gue :“gila lu, udah mau nikah aja. Tapi yakin ?”
Caca :“lah kan situ yang bilang nikah aja, cowoknya mau.
Langsung nentuin tanggal. Awas aja lu ngadat. datang
ya seminggu sebelumnya,”
Gue :“yaudahlah, terserah aja. iya nanti dikondisikan”
Caca :“benerkan, lu yang nyaranin lu juga yang gak suka,
kebiasaan”
Gue :“iya iya, nikah aja lu. Semoga lancar aja. Udah nanti
nelpon lagi gue banyak kerjaan”
Handphone
sedikit terbanting, hati mulai sakit. Ternyata selama ini apa yang gue baca, gue
rasakan juga.
Akan
ada orang yang bingung mau bahagia atau sedih ketika sahabatnya menikah.
“pedulilah
sewajarnya, karena kita tidak akan tahu nasib seorang hamba saat ditinggalkan.
Cukup kita serahkan semua urusan pada Tuhan. Doa dan ikhtiar kuncinya”
Gue
selalu menginginkan yang terbaik untuk sahabat gue, tulus dari dalam hati gue.
Meskipun ketulusan itu tidak perlu diutarakan sebenarnya. Tapi ya memang itu
kenyataannya.
Beranjak
pergi untuk merenungkan sebuah takdir, gue berjalan dalam kesendirian.
Menenangkan pikiran, bermain game, bermain apapun asalkan pikiran gue tidak
kelayaban kemana-mana.
Mungkin
ini yang namanya ketergantungan, ketergantungan dengan seorang sahabat. Caca
yang selalu bisa menerima apapun sikap gue, bisa mendengarkan apapun cerita gue,
dan bisa menenangkan saat gue nangis kesetanan
dihadapannya. Kebayangkan sampe segitunya. Iya, dia bukan hanya seorang
sahabat. Gue terbuka dalam segala hal, seperti seorang anak kepada ibunya. Itu
yang gue rasakan.
“persahabatan
itu, sehebat apapun percekcokan. Sekeras apapun banting kursi dan pintu (asal
jangan adu jotos) besoknya balik lagi dan maaf-maaf pan”
Memang
seperti itu gaya persahabatan kita, makanya orang-orang selalu menyalah artikan
semuanya (gue nggak akan pernah lupa itu) meskipun gue sudah
memaafkan.
#pernikahanimpianmu
Sebelum
hari H, sempat gue bilang gak mau dia
nikah. “nanti kalo lu nikah, gue cerita sama siapa? Gue ngeluh dan nangis sama
siapa?” Tanya gue.
“kita
tetep
sahabatan woy, kita tetep cerita-cerita dan tetap
nangis-nangisan bareng. Pokonya
kita tetap kayak dululah, mulai deh” jawab dia
“gue yang
nyaranin lu nikah, gue juga yang sekarang gak mau lu nikah” ungkap gue
“itumah udah kebiasaan lu, setan mulai masuk dan 12 jam
kemudian lu udah bijak lagi, Percaya deh nak.?” Imbalnya
Memang gue gitu kali ya, sifat gue bisa kebaca sama dia.
Saking seringnya gue kayak anak kecil.
“gitukan? Yaudah diemin aja gue 12 jam. Nanti sadar lagi.
Gue tutup telponnya”
Sambil gue tutup,
dan gue nangis di situ, nangis drama sebelum hari pernikahannya.
Beberapa curhatan dia sebelum menikah tak harus
dijabarkan dalam kisah ini, rahasia umum jika seseorang akan menikah banyak
sekali cobaan menerpa.
Setelah mulai sadar, gue chat dia.
“ca gue gak dateng ya, titip kado sama lensa ke adik lu”
Dia langsung jawab “gak usah temenan lagi sama gue”
Sebenernya yang lebih melow itu gue, tapi orang-orang
liat gue sebaliknya. Dan dia yang sebenarnya kejam, orang-orang bilang pendiem.
Hebat lu ca, tapi tetep aja lu sahabat terbaik gue meskipun lu sering
menyebalkan dan bikin mewek gue.
Semua
orang yang mempunyai sebuah persahabatan mungkin tahu bagaimana kondisi gue
saat ini. Jika keadaan masih bisa diputarbalikkan, jangan dulu lah. Itulah hati
kecil gue yang berbicara. Namun, semuanya seudah terlambat. Panggung pelaminan
terpasang, tenda perasmanan dan tenda tamu sudah kokoh berdiri beserta
sound-sound dengan iringan lagu-lagu menggembirakan. (gue kayak nyeritain mantan kawinan)
Ya,
caca whatsapp semua persiapan pernikahannya sama gue.
.
Sahabat
gue, yang selalu kemana-mana bareng kalo sempet, cerita apapun ,nangis
sejadi-jadinya kalo lagi galau. Ngadu ke dia kalo lagi gak suka sama orang.
Bantuin dia tugas akhir, bantuin dia penelitian, bantuin dia semua yang bisa gue
lakukan.
Persiapan
pernikahan pun, dia lapor ke gue. Fitting baju pengantin, pesen potografher,
list snack untuk tamu, seserahan, mas kawin dia juga bilang. Mungkin dia juga
sama seperti gue, bukan hanya sahabat tetapi orang yang selalu ada saat
dibutuhkan. Bisa jadi teman, kakak, adik, bahkan orang tua dengan bebrapa nasihatnya.
Gini,
gini…..
Gue
selalu menyarankan dia apapun, untuk baikknya dia. Hati gue memang ingin dia
mendapatkan seseorang yang bisa menjaganya. Makanya gue bilang “udah langsung
nikah aja ca, orang yang serius kayak gitu masih bisa dihitung jari” gue yang
bilang kayak gitu, dia yang nurut.
Tetapi
saat waktu mendekat dan semakin dekat, kalimat gue itu malah bikin mikir kemana
mana.
Gue
yang bilang, nanti kalo pas dipelaminan senyumnya yang bagus ca jangan kikuk.
nanti harus gini, nanti harus gini make lu jangan terlalu menor, lipstick nya
jangan terlalu merah, soalnya kalo terlalu merah lumah kayak ema-emak.
Gue
yang paling cerewet ngurusin semua persiapan dia, orang-orang gak akan tahu
semua itu. Orang hanya tahu gue datang ke nikahannya, setelah itu selesai dan pulang. Gak tahu sebelumya kita berdrama-drama
membicarakan pernikahan.
Gue
datang menjelang malam sebelum hari pernikahannya,
Pertama
ketemu udah sesek mau nangis, tp liat orang-orang ketawa bahagia, semua
terkondisikan. Amanlah.
Fact: Gue itu
tipe orang yang gampang nangis kalo dipancing, kalo gue nangis semakin ditanya
kenapa gue semakin nangis. Dan tentunya orang-orang nggak tau itu semua.
Mungkin nggak peduli juga.
Bahkan,
malam itu di kursi depan rumahnya gue masih Tanya “ca, mau nikah? Siap?”
“insya
Alloh, da kumaha dei” jawabnya
“ca,
mau nangis (semu berlinang)” ungkap gue
“biasanya juga nangis lu, tuh di kamar” jawab dia
“nggak
lah, sambil ketawa” elak gue “siap besok?” Tanya gue membelokkan
“iya
inysaAlloh nak, mudah-mudahan yang terbaik” ungkapnya
“iya,
aamiin. Siapkan tenaga buat wikwik hahaha”
Di
sana pecah, yang tadinya mau nangis langsung ketwa dua-duanya. Simple sih, gak
mau aja dia ikutan sedih dihari bahagianya.
Sebelum
besok, malamnya masih tidur bareng sama dia. Emang kalo nginep di rumah dia,
atau nginep di neneknya pasti tidur bareng ,sambil cerita apapun.
Malam
itu juga sama, cerita apapun. Cerita dari awal kita temenan sampai sekarang
udah kayak ade kakak. Lah dia tidur duluan,
itungan kan katanya penganting kagak bisa tidur ya, ini malah gue yang melek
ampe subuh.
“ca,
lu adalah sosok manusia yang aku punya. Lebih dari seorang sahabat, nasihat mu membuat nyaman seperti nasihat
ibuku, Pepetahmu seperti seorang kakak yang mencurahkan segala kasih-sayangnya. Lu patner terbaik yang gue punya
sekarang, nanti dan mudah-mudahan sampai ke syurganya Alloh kita tetap jaga
persahabatan dengan saling mengajak dalam kebaikan”
Malam itu,
Senyap, sepi
, tidurku ada dalam sadarku.
Gelisahku
tak membiarkan mata ini menutup sempurna.
AKAD
Pertama
kali bertemu dengan suamimu, “mudah-mudahan yang terbaik ca” hatiku terucap
spontan saat melihatnya.
Beberapa persiapan sudah, dan rombongan pengantin pria
sudah datang.
Langkahmu ca, dengan siluet senyuman yang membahagiakan
semua orang khususnya dirimu dan keluargamu. Haru rasanya, detik ini gue
menyaksikan langsung acara yang nggak akan pernah lo lupa seumur hidup,
kebahagiaan yang nyata ada dalam pancaran mata lo ca.
Gue bukan saksi nikah lo, tapi gue saksi dibalik semua
kisah lo ca. Kisah lo sebelum menikah dan Sampai sekarang lu duduk di pelaminan
kemudian tuh cowok lu udah ngambil lu dari gue.
“saya terima nikahnya ………………….”
SAH…
Lo udah jadi milik orang lain ca........
Selamat menempuh kehidupan yang baru kawan, doa terbaik
dan salam termanis untukmu dan pasanganmu.
Bahagia
loh gue, merasa lega. Namun beberapa detik kemudian “ca, lu udah jadi milik
orang lain sekarang, gimana nasib gue sekarang, kalo mau main sama siapa, mau
cerita sama siapa, mau ngeluh sama siapa, mau nangis sama siapa” semua
keresahan muncul dalam otak gue .
Duarrrrrr…
lamunan gue terpotong dengan si lengser yang
melanjukan adat pernikahan.
Semua
berjalan lancar dan khidmat.
mungkin
dia tahu perasaan gue, sesekali dia mencari keberadaan gue saat dia
dipelaminan.
Sesekali
dia melihat gue dan gue tersenyum sambil bilang “jangan lupa senyum”
sambil menggerakkan tangan gue.
Selesai
acara, dia harus sama suaminya karena masih ada beberapa
tamu berdatangan. Gue sendirian dan gue mulai jenuh.
sore
itu..
“ca,
gue mau tidur dulu ya” pamit gue
“dimana,
tuh dikamar aja” katanya gitu
“nggak,
di rumah sebelah aja. Gue kesana” jawab gue
“yaudah, nanti sini lagi ” timpalnya
Tiba waktu
ashar, selesai sholat gue baringkan tubuh ini. Asli capek, tapi diluar sana gue
bahagia melihat orang-orang bahagia khususnya caca. Setelah
dikamar sendirian, barulah yang dari kemarin nahan air mata, langsung nangis
sejadi-jadinya. Sssttt,, tetap tanpa suara, karena rumah orang guys.
Kayak
di film-film, nangis sambil bikin note buat sahabat gue, isinya standarlah
semoga bahagia dan cepet dapet momongan bikin
adik buat gue.
Plus
karena gue tidak pernah merahasiakan apapun dari sahabat gue caca, gue bilanglah.
“Ca gue nulis ini sambil nangis, sendirian dikamar, biasanya kalo kesini suka
lengket sama lu. Tapi masa iya kondisi sekarang gue harus terus nempel sama lu. Ca,
gue bohong bilangnya mau tidur, tapi di sini bukannya tidur malah nangis”
Itulah
beberapa bait note yang gue tulis. Asli nangis dan gak tau nangis karena apa.
Mungkin saking takutnya kehilangan sahabat yang satu-satunya itu.
Mungkin
nggak mau saja, kepedulian sahabat gue terhadap gue berkurang karena udah
nikah.
Senja
sudah pergi meninggalkan, gelap semakin menyelimuti malam itu. bergegas bangun
dengan beberapa dempulan yang membuat
paras ini segar dan
untungnya kacamata gue bawa untuk menghalangi sembabnya mata gue. Asli kayak bintitan gue.
Keluar
dari rumah langsung liat sahabat gue udah ganti
pakaian,
Sahabat
gue nyuruh gue kesana sambil gerakin tangannya,
kebayangkan?
“hey,
baru bangun tidur tadi dari ashar” ungkapku langsung
“mitamit, lu tidur lama amat gue juga ngantuk nih mana sakit
pinggang nak” keluhnya
“yaudah,
gak apa-apa tahan aja. Bentar lagi juga ganti baju” hibur gue
“nanti
ke panggung ya, nyanyi” ajaknya
“bisa
di aturlah, ”
jawabku sambil beranjak pergi
Mata sembab gue
tak terlihat olehnya,
Esoknya
gue pulang, dan baru kali ini gue ingin pulang cepet-cepet
merebahkan tubuh gue dan tidur di kamar gue.
Entah
mereka mengetahui atau tidak, saat pamit pulang dengan sahabat gue mata ini
udah dipenuhi dengan air mata yang sedetik lagi akan mengalir keluar. Namun gue
berusaha tetap menahannya.
Pamit
sambil pelukan dan cipika cipiki gue berbisik “buka di note di hp mu ca”
Samba
ketawa.
Sampai di
rumah….
Langsung
esok harinya gue di ajak temen pergi ke luar kota selama seminggu, Alloh tahu hambanya sedang bingung
menghadapi hari-harinya. Dia yang selalu memahami apaun yang dibutuhkan Hambanya.
Setelah
itu, berusaha menerima apapun yang ditetapkan Alloh SWT.
Perjalanan
seorang sahabat, tidak selesai sampai di sini, ini adalah episode yang pertama
Dalam banyak
kisah yang nanti gue ceritakan.
Dalam
genggam tanganku, lamunanku masih dekat denganmu sahabat. Namun matahari
memberiku kejelasan bahwa itu hanya lamunanku.
Masihkah
cerita gue akan didengarkan?
Masihkan gue
bisa mengadu apapun tentang hidup gue?
Masihkah gue
bisa menangis, dalam sudut ruangan dan lu berusaha mengehentikan tangisan gue?
Gue berharap
masih seperti itu,
Tetap saja,
doaku selalu yang terbaik.
Untukmu sahabatku :
Dukamu dukaku begitupun sebaliknya bahagiamu juga bahagia
gue, selamat menempuh hidup baru, selamat menjalankan kehidupan
yang baaru dengan beberapa cuitan anak nantinya. Jangan lupa, saat sahabatmu ini
nangis kayak anak kecil yang gak mau
ditinggal pergi ibunya.
Untukmu, suami sahabatuku :
Lu orang asing buat gue, mungkin nanti kedepannya
kita bisa akrab, karena istrimu adalah sahabat gue. Please, jaga dia. Apapun
kondisinya apapun keadaanya. Sampai kapapun jangan terpisahkan oleh keadaan.
Apalagi suatu hal yang tidak penting untuk dilakukan. Oh iya, minta izin dari sekarang kalo misalnya nanti
tiba-tiba kerumah, nangis atau pun bicara gak karuan kayak anaknya si caca.
Minta maklumnya.
Sehat terus
kalian, tetap saling dalam moment apapun.
Janji ya…….
28
januari 2019
Kriiinggg.........
“nak, sehat
?” whatsapp yang beberapa hari ku tunggu
Namun
entahlah, membalasnyapun tak mau.
Caca
sabahatku sudah berbeda dalam pandanganku, dia
tidak dalam kepedulian yang sama seperti dahulu.
Kadang-kadang suka cemburu,
Namun dia sudah ada yang harus di lebihkan dulu
Hanya
menyisakan huruf R
Persahabatan
jangan pernah ditinggalkan, egoisnya kita saat kita hanya ingin dipedulikan
namun tak pernah mengerti keadaan yang lainnya.
Persahabatan
bukan hanya sekedar makan bareng, hangout bareng.
Persahabatan
adalah mereka yang saling merangkul dan saling mengajak dalam kebaikan. Sesuai
dengan yang Alloh perintahkan.
Pesahabat
itu harus membawa kita ke syurgaNya Alloh.
Komentar
Posting Komentar
Salam kenal sahabat potokita semoga bahagia. Terima Kasih semuanya